TEMPO.CO, Rio de Janeiro - Setelah mencetak gol, Fabio punya gaya selebrasi unik. Dia berguling-guling di lapangan. Rupanya, ia meniru aksi perayaan gol yang biasa dilakukan Valter, striker Fluminense yang terkenal di Serie A Brasileiro atau liga utama Brasil.
Aksi selebrasi Valter--striker nomor dua di klub itu setelah Fred, yang masuk dipanggil Felipe Scolari di tim nasional Brasil--bagi dia, merupakan upaya agar perutnya menyusut.
Valter memang berbeda dengan kebanyakan striker lainnya: perutnya membuncit. Nah, sama dengan idolanya tersebut, Fabio juga melakukan hal itu karena ingin agar perutnya tidak lagi gendut.
Namun, dalam pertandingan Ahad lalu itu, bukan hanya dia yang berperut sedikit buncit. Di tim Pulmao, yang menjadi lawannya, bentuk bulat juga terlihat di perut beberapa pemainnya. Bahkan striker-nya punya perut teramat gendut.
Tak hanya berperut gendut, rambut yang sudah banyak rontok atau yang berwarna perak juga terlihat di beberapa kepala pemainnya.
Pertandingan yang digelar di lapangan Combinado 5 de Julho di kawasan Niteroi, Rio de Janeiro, ini memang unik. Untuk bisa bermain di lapangan berpasir ini, semua pemain harus menunjukkan kartu identitasnya. Kalau curi umur, timnya akan didiskualifikasi.
Umur yang jadi syarat adalah mereka harus lebih dari 40 tahun. Kalau kurang, maaf, harus menunggu sampai waktunya tiba. Joao adalah salah satu pemain yang di-verboden untuk bermain. “Saya masih kurang satu tahun lagi,” katanya. “Kalau saya, awal tahun lalu, persis 40 tahun,” ujar Fabio sambil tersenyum.
Kompetisi yang dikhususkan bagi para pemain yang berusia di atas 40 tahun ini memang dimulai awal tahun lalu. Diikuti delapan tim yang masing-masing dibagi dalam dua grup, mereka bermain setengah kompetisi. Empat tim terbaik dari dua grup inilah yang masuk ke semifinal, seperti yang digelar pada siang itu. Arariboria, klubnya Fabio, akhirnya menang telak 4-0 atas Pumao.
Di Brasil, sepak bola tidak pernah berhenti. Sementara anak-anak, dimulai usia 6 tahun, rajin berlatih sepak bola, ayah, om, bahkan kakek masih bisa bermain sepak bola. Mereka tidak pernah mengenal kata pensiun, termasuk seorang pemain yang menyatakan gantung sepatu.
Bahkan, di luar kompetisi di atas 40 tahun, secara rutin pula kompetisi bagi mereka yang berusia di atas 50 tahun juga digelar. “Setelah kompetisi ini selesai, baru kemudian dilanjutkan oleh mereka yang berusia di atas 50 tahun,” kata seorang panitia pertandingan.
Mereka yang berusia di atas 60 tahun juga masih bisa bermain. Hanya, karena tidak terlalu banyak klub untuk kategori usia ini, kompetisi belum bisa digelar.
Tentu saja, peraturannya tak seketat pertandingan kelas internasional. Lapangan yang dipakai pun hanya 80 persen luasnya dari ukuran resmi. Tim yang berlaga hanya diperbolehkan diisi delapan pemain.
Namun, soal kemampuan di lapangan, mereka tetap luar biasa. Umumnya, mereka adalah pemain sepak bola pada masa mudanya. Jadi, mereka masih bisa melakukan sprint mengejar bola dan menendangnya dengan keras. Sang kiper masih bisa melompat tinggi menghalau bola. Tabrakan atau terjatuh karena tackle pun sering terjadi.
Lalu, apa resep mereka masih bisa gesit seperti itu? “Tidak ada. Semalam saya pergi minum-minum bersama teman-teman. Pulang ke rumah pukul 5 pagi. Tidur sebentar, lalu pergi ke sini pukul 10 tadi,” kata Fabio sambil tergelak.
IRFAN BUDIMAN
Baca juga:
Ini Daftar Kekalahan Cile Vs Brasil di Piala Dunia
Pelatih Uruguay Mundur dari FIFA
Ini Dia Wasit Laga Brasil Vs Cile
Gagal di Piala Dunia, Gerrard Bersantai di Pantai
Melawan Brasil, Cile Khawatir Wasit Berpihak